Minggu, 04 Oktober 2009

Agregat Planning

Definisi


Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input, transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi, staffing, inventory, dan backorder level.

Tujuan


Tujuan dari AP adalah untuk meminimasi biaya akhir pada periode perencanaan dengan mengatur : Production rates, Labor levels, Inventory levels, Overtime work, Subcontracting, dan variabel yang terkontrol lainnya. Bisa dikatakan bahwa tujuan AP pada dasarnya adalah membangkitkan (generate) suatu rencana produksi dalam tingkatan top level production plans.Output (Hasil)
Hasil dari AP adalah tercapainya suatu rencana produksi yang menggunakan sumber daya organisasi secara efektif untuk memenuhi demand yang telah diperkirakan.
Dalam perusahaan manufaktur, AP dihubungkan dengan strategi tujuan suatu perencanaan untuk individual product (Master production Schedule / MPS).Sedangkan pada perusahaan service / jasa. AP terkait dengan strategi untuk menghasilkan suatu penjadwalan tenaga kerja yang terperinci.

Dasar Proses Aggregate Planning


Dasar analisis dalam AP adalah hasil ramalan permintaan produk (Forecast) dan target produksi perusahaan.Hasil ramalan permintaan merupakan input utama dalam proses AP. Selain peramalan, semua input untuk permintaan produk juga harus dimasukkan dalam proses AP, misalnya pesanan-pesanan aktual yang telah dijanjikan, kebutuhan persediaan gudang, dan penyesuaian tingkat persediaan.

Target produksi ditentukan oleh top level business plan yang memperhatikan kapasitas & kapabilitas perusahaan.

Keterlibatan manajemen puncak sangat diperlukan pada tahap perencanaan produksi, khususnya perencanaan mengenai penentuan pabrikasi, pemasaran, dan keuangannnya.

AP dikembangkan untuk merencanakan kebutuhan produksi bulanan atau triwulanan bagi kelompok-kelompok produk sebagaimana yang telah diperkirakan dalam peramalan permintaan.

Analisis dalam proses AP dilakukan dalam kelompok produk (product family) dengan unit agregat, disamping itu proses AP juga melibatkan pemilihan srategi manufaktur

Dalam suatu ruang lingkup yang lebih luas lagi, peran AP adalah sebagai interface antara perusahaan atau sistem manufaktur dan pasar produknya.

Strategi Aggregate Planning


Secara garis besar ada 4 jenis strategi yang dapat dipilih dalam membuat AP.
1) Capacity options
2) Demand options
3) Pure strategies
4) Mixed strategiesCapacity options
Strategi Capacity Options menggunakan besar kapasitas produksi sebagai pilihan untuk membuat AP tergantung seberapa besar kapasitas produksi yang diinginkan. Strategi Capacity Options dapat dijalankan dengan beberapa metode sebagai berikut :
• Mengubah-ubah tingkat inventory (level production)
• Mengubah-ubah ukuran tenaga kerja: hiring/lay off (chase strategy)

Chase Strategy diartikan juga sebagai suatu strategi perencanaan dalam AP dengan jalan melakukan penyesuaian kapasitas terhadap demand; perencanaan output untuk suatu periode dibuat sesuai dengan permintaan yang diperkirakan pada periode tersebut.
• Mengubah-ubah production rate: over time/under time
• Menggunakan part time workers

Demand options
Dengan adanya jumlah permintaan (demand) yang stabil, maka proses perencanaan produksi akan lebih mudah dilakukan. Perusahaan akan lebih siap dalam menyusun kebutuhan material dan tenaga kerja yang harus disiapkan untuk memenuhi kapasitas produksi sesuai dengan demand yang telah ditentukan sebelumnya.

Berikut ini beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk strategi demand options :
• Mempengaruhi demand: advertensi, promosi, personal selling, discount, diskriminasi harga
• Backordering : Membuat agar pelanggan setuju untuk menunggu pengiriman pesanan berikutnya jika terjadi kondisi dimana perusahaan tidak bisa memenuhi permintaan pelanggan dari persediaan yang ada.

Pure strategy
• Bila yang diubah-ubah hanya satu variabel.

Variabel disini adalah variabel-variabel dalam perencanaan produksi yang bisa dikontrol dan ditentukan sesuai dengan target produksi yang ditetapkan oleh top level business plan. Ada beberapa variabel yang dapat kita ubah, yang sering disebut dengan controllable (decision) variable.

Controllable (decision) variable :
• Inventory
• Production rate
• Manpower
• Kapasitas: over time/recruitment/layoff (tenaga kerja/work force)
• Subcontract

Mixed strategy
• Melibatkan pengubahan beberapa variabel, misalnya bila pure

strategy tidak feasible. Beberapa kombinasi pengubahan dari beberapa contollable (decision) variable bisa menghasilkan suatu strategi AP yang terbaik dan feasible untuk dijalankan.

Relevant cost
Berikut ini beberapa jenis biaya / cost yang berhubungan dengan perencanaan Aggreate Planning :
• Hiring/layoff cost (biaya penambahan/pemberhentian tenaga kerja)
• Overtime/under time cost (biaya lembur/ongkos menganggur)
• Inventory carrying cost (biaya Persediaan)
• Subcontracting incremental cost (biaya Subkontrak)
• Part time labor cost (biaya kerja paruh waktu)
• Backorder cost (biaya yang terjadi akibat permintaan pelanggan tidak dapat dipenuhi dari persediaan yang ada dan pelanggan menyetujui untuk menunggu pengiriman pesanan berikutnya)
• Stock out cost (biaya kekurangan stok/persediaan)

Issues to Consider in Aggregate Planning


Dalam proses pembuatan AP, ada beberapa hal yang perlu dijadikan pertimbangan. Berikut ini adalah beberapa pokok persoalan penting yang perlu dijadikan pertimbangan dalam merancang suatu AP.
Production Workforce Inventory
Capacity Minimum level Minimum level
Demand Maximum level Maximum level
Material cost Subcontracting Holding cost
Labor cost Overtime
Overhead cost Hiring cost
Service level Firing/layoff costs

Metode Aggregate Planning


Dalam proses AP ada beberapa metode yang bisa digunakan yang diantaranya sebagai berikut :
1. Trial & Error (Charting/graphical methods)
  • Pure Strategy
  • Mixed Strategy

2. Mathematical (optimal) approach:

  • Linear Progamming Model
  • Transportation Model
  • Management Coefficient Approach / Empirical Approach
  • Simulation

Label:

Jumat, 02 Oktober 2009

Metode percobaan ( Experimental method )

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah, (2000)

Metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di Laboratorium.

Kelebihan metode percobaan sebagai berikut :

a. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kekurangan metode percobaan sebagai berikut :

a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimn siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : (a) Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa. (b) Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih. (c) dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsentrasi dalam mengamati proses percobaan , maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu. (d) Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih , maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memperoleh pengetahuan, pengalaman serta ketrampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu. (e) Tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan social dan keyakinan manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bias diadakan percobaan karena alatnya belum ada.

Prosedur eksperimen menurut Roestiyah (2001:81) adalah : (a) Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksprimen,mereka harus memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen. (b) memberi penjelasan kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat. (c) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen. (d) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya jawab.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2002:95) adalah cara penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri , mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut :

Kelebihan metode eksperimen : (a) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya. (b) dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. (c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

Kekurangan metode eksperimen :
(a) Metode ini lebih sesuai untuk bidang-bidang sains dan teknologi. (b) metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan kadangkala mahal. (c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan. (d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada factor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.

Menurut Schoenherr (1996) yang dikutip oleh Palendeng (2003:81) metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksprimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya.

Dalam metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat kesempatan untuk melatih ketrampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa diharapkan dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan juga perilaku yang inovatif dan kreatif.

Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih dan mengajar siswa untuk belajar konsep fisika sama halnya dengan seorang ilmuwan fisika. Siswa belajar secara aktif dengan mengikuti tahap-tahap pembelajarannya. Dengan demikian, siswa akan menemukan sendiri konsep sesuai dengan hasil yang diperoleh selama pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode eksperimen menurut Palendeng (2003:82) meliputi tahap-tahap sebagai berikut : (1) percobaan awal, pembelajaran diawali dengan melakukan percobaan yang didemonstrasikan guru atau dengan mengamati fenomena alam. Demonstrasi ini menampilkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi fisika yang akan dipelajari. (2) pengamatan, merupakan kegiatan siswa saat guru melakukan percobaan. Siswa diharapkan untuk mengamati dan mencatat peristiwa tersebut. (3) hipoteis awal, siswa dapat merumuskan hipotesis sementara berdasarkan hasil pengamatannya. (4) verifikasi , kegiatan untuk membuktikan kebenaran dari dugaan awal yang telah dirumuskan dan dilakukan melalui kerja kelompok. Siswa diharapkan merumuskan hasil percobaan dan membuat kesimpulan, selanjutnya dapat dilaporkan hasilnya. (5) aplikasi konsep , setelah siswa merumuskan dan menemukan konsep, hasilnya diaplikasikan dalam kehidupannya. Kegiatan ini merupakan pemantapan konsep yang telah dipelajari. (6) evaluasi, merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu konsep.
Penerapan pembelajaran dengan metode eksperimen akan membantu siswa untuk memahami konsep. Pemahaman konsep dapat diketahui apabila siswa mampu mengutarakan secara lisan, tulisan, , maupun aplikasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain , siswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan, menyebutkan, memberikan contoh, dan menerapkan konsep terkait dengan pokok bahasan .

Metode Eksperimen menurut Al-farisi (2005:2) adalah metode yang bertitik tolak dari suatu masalah yang hendak dipecahkan dan dalam prosedur kerjanya berpegang pada prinsip metode ilmiah.


Label: